Kalender Liturgi

Header Ads

Sejarah Gereja Katolik St. Maria Stasi Toba Satu

Gereja Katolik Stasi Santa Maria Toba Satu, berkedudukan di Dusun Toba Satu, Kec. Bandar Kalipah Kab. Serdang Bedagei 20994 Provinsi Sumatera Utara. Stasi Santa Maria berdiri pada tahun 1978 dibawah pendampingan penggembalaan Pastor Philipus Manalu, OFMCap (1975-1981), Pastor Johanes Veldkamp, OFMCap ( 1978-1979). Berdasarkan penuturan para pangula ni huria saat ini, menyebutkan bahwa sebelum mendapat tapak gereja yang sekarang ini, umat stasi St. Maria melaksanakan peribadatan di rumah Forhanger bapak Polin Malau, yang pada saat itu menjabat sebagai ketua kelompok. Pada awalnya stasi st. Maria hanya terdiri dari beberapa keluarga (jumlah tidak diketahui dengan jelas ) mereka mengadakan doa bersama di rumah- rumah secara bergantian. Pada tahun 1975, atas persetujuan Pastor paroki pada waktu itu, dan kehendak yang kuat dari para pengurus, akhirnya memutuskan untuk membeli tapak gereja. Pada mulanya dibangun seadanya dengan konstruksi sederhana (terbuat dari papan kayu). Pada tahun 1982, gereja stasi st. Maria mendapat bantuan dari paroki, dan juga atas swadaya umat untuk merenovasi gedung gereja. Pada tahun 2010, umat stasi merencanakan pembangunan jalan (jalan raya ke gedung gereja), mengingat lokasi gedung gereja bertempat sekitar 70 Meter dari jalan raya. Pada tahun 2013, umat stasi melakukan renovasi gereja (interior) di bagian Altar. Pada tahun 2015, umat stasi bekerja keras untuk pemasangan plafon gypsum. Pada tahun 2016, membangun kamar mandi (Water Closed). Itulah tahapan pembangunan gedung gereja hingga saat ini. Luas area teritori kepunyaan Gereja hingga sekarang (Panjang 42 M dan Lebar 21 M). Dibawah ini, dipaparkan para tokoh awal umat stasi sejak berdiri gereja stasi St. Maria Toba satu hingga sekarang; No Nama Keterangan a Polin Malau Almarhun b Manahak Simbolon c Riani Simbolon Almarhum d Hermawanti Sihombing e Redista Manik f Lenni Br Sinaga Stasi yang terdiri dari 25 kepala keluarga (KK), dan mempunyai umat 111 jiwa ini, mempunyai kebiasaan sehari- hari berbahasa batak toba dan bahasa Indonesia. Di samping itu, umat stasi mempunyai relasi yang sangat baik dengan gereja tetangga, sehingga sering ikutserta dalam kegiatan adat (mangoli), dan berbagai kegiatan lainnya. Umat stasi lebih banyak bermata pencaharian kebun, ladang. Harapan umat stasi sekarang adalah semoga umat stasi semakin berkembang dalam iman dan bertambah dalam jumlah, hal ini dilakukan melalui program pembinaan terus menerus orang muda katolik (OMK), dan anak sekolah minggu katolik (ASMIKA). Terimakasih perhatian dan dukungan

Post a Comment

0 Comments