Kalender Liturgi

Header Ads

Sejarah Gereja Katolik St. Stefanus Stasi Kampung Jati



Stasi St. Stefanus Kampung djati, berkedudukan di Desa Batu 13 Dusun II, Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai 20991, ProvinsiSumatera Utara, stasi St. Stefanus berdiri pada tahun 1958, sebagai pastor pada waktu itu; Beatus Hubertus Henricus Josephus Maria Jenniskens, OFMCap, P. Terentius Scepenes. OFMCap (1958-1960) Berdasarkan penuturan oppung Frederik simanjuntak, pada tahun 1958. Gereja katolik st. Stefanus kp djati didirikan, setelah persetujuan pastor Jenniskens. Pada waktu itu, dua tokoh gereja yang pertama ialah Friderik simanjuntak dan Abil sihombing. Bangunan gereja tersebut berawal dari gubuk kecil di sekitar persawahan tanah milik bapak Nababan. Mula mula 45 keluarga bertekad menjadi huria katolik; keluarga tersebut berasal dari gereja HKBP dan sebagian dari gereja lain. Pada tahun 1959 diangkat forhanger baru yaitu; Alex sianipar (alm). Pada tahun tahun berikut, gereja stefanus kp. Djati mengalami pasang surut mula-mula ada 45 kepala keluarga pada akhirnya jumlah umat tertinggal 8 kepala keluarga hal itu disebabkan banyaknya keluarga katolik pada waktu itu pindah gereja. Terjadilah periode berikut tanpa diketahui waktu yang jelas, forhanger yaitu Jassin simbolon. Pada masa pembawaan forhanger inilah gereja kemudian mengalami perkembangan pesat hingga pada tahun 1986. Setelah tahun tersebut terjadi periodisasi lagi dan forhanger baru ialah Jupper siringoringo. Setelah Jupper menyelesaikan masa jabatannya; beliau memberi kesempatan kepada generasi berikut yaitu; Toga Simanjuntak yang kini menjadi ketua dewan stasi st. Stefanus kp. Djati. Berdasarkan data kartu keluarga dan jumlah yang telah tardidi stasi kp. Djati berjumlah 200 jiwa dan terdiri dari 32 kepala keluarga (KK). Berbagai tantangan Gereja saat ini yaitu antara lain keaktifan umat dalam kegiatan Gereja (marminggu). Tantangan ini menjadi perenungan tersendiri bagi para pengurus Gereja (pangula ni huria) supaya dapat menghimpun kembali keluarga keluarga katolik dan terlibat aktif dalam aneka kegiatan menggereja. Stasi kp. Djati mengalami perkembangan dalam kesetian beriman hal itu tampak melalui adanya orang muda yang mengikuti panggilan untuk menjadi pastor/ biarawan. Dibawah ini termuat surat pengangkatan forhanger pertama di stasi st. Stefanus kp. Djati. Dari vikariat apostolik medan. Stasi kp. Djati menggunakan bahasa sehari hari yaitu bahasa batak toba hingga saat ini dalam kegiatan peribadatan pun biasa digunakan bahasa tersebut, namun demikian juga kerap menggunakan bahasa indonesia. Umat katolik stasi kp. Djati, lebih banyak bermata pencaharian perkebunan, ladang, dan sawah, juga sebagian ada guru, dan pegawai perkantoran. Disekitar area tanah milik Gereja masih terlihat bekas wadas gedung sekolah dasar (SD). Sekolah tersebut merupakan sekolah dibawah naungan Gereja Katolik, tetapi dalam kurun waktu yang sangat singkat sekolah tersebut hilang lenyap oleh karena ketiadaan murid. Pada waktu itu, banyak orang tua hendak menyekolahkan anaknya di sekolah yang lebih memungkinkan dapat dijangkau secara ekonomi. Alasan tersebut merupakan serangkaian dari penuturan warga atas bubarnya sekolah dasar tersebut.





























Post a Comment

0 Comments