Kalender Liturgi

Header Ads

Sejarah Gereja Katolik St. Petrus Stasi Pematang Buluh


Gereja Katolik St. Petrus Pematang Buluh
Gereja Katolik Stasi Santo Petrus Pematang Buluh, berkedudukan di Dusun IV Pematang Buluh Kec. Tanjung Beringin Kab. Serdang Bedagei. Provinsi Sumatera Utara. Tahun 1968, sebagian keluarga yang semula bergereja di pematang terang, berhimpun dan mengadakan peribadatan di rumah secara bergantian, mula-mula tiga tokoh penggerak yaitu Barimbing, Nainggolan, Manulang. pada tahap awal pendampingan dilakukan oleh para sintua dari stasi pematang terang. Dengan persetujuan pastor pada waktu itu, Beatus Hubertus Henricus Josephus Maria Jenniskens, OFMCap (1953-1955 dan kembali ke Tebing Tinggi tahun 1966-1971). Gereja st. Petrus didirikan dengan konstruksi bangunan sederhana terletak di kampung pematang buluh; berdasarkan penuturan umat bahwa bahan bangunan gedung gereja awal stasi st. Petrus, diambil dari stasi sei putih rayon kelapa tinggi via transportasi laut, sebab pada waktu itu gereja sei putih direnovasi. Bangunan tersebut tidak bertahan lama, akhirnya dipindahkan ke pematang panjang. Oleh karena keadaan pada waktu itu, jumlah umat bertambah banyak mencapai 30 kepala keluarga, dan sedang dalam pembangunan rute jalan, maka mengingat gereja mesti berada pada lokasi strategis artinya dapat dijangkau oleh semua umat. Maka, gereja dibangun di tapak sekarang ini di pematang buluh. Bangunan tersebut bertahan puluhan tahun, akhirnya dibangun gedung gereja permanen, terletak disamping gereja lama. Atas dorongan kuat dari pastor Tarsisius Warhadi yang pada waktu itu sebagai pastor paroki st. Joseph tebing tinggi, maka bagian interior gedung gereja di renovasi. Semua itu, berjalan lancar atas bantuan dari paroki, bimas katolik, dan beberapa donatur. Beberapa tokoh awal umat pendiri gereja st. Petrus ialah Banuara Manulang, op. Naingolan. Bp. S. Siboro. E. Marpaung. P. Tampubolon. Kristo Nainggolan. Robin Rafael Sihombing. Sahat Tampubolon. Berdasarkan catatan tahun 2017, stasi st. Petrus terdiridari 35 kepala keluarga dengan 120 jiwa, luas area tanah Gereja 35x 35 M. Tradisi yang berkembang; bertani sawah, kebun.
Berbahasa sehari-hari bahasa batak toba. Relasi antar umat sangat tercipta kekeluargaan, aktif dalam doa lingkungan dan kerjasama dalam membersihkan gedung gereja. Kerukunan antar gereja tetangga terbina baik dan damai, juga keterlibatan dalam kegiatan adat (huria katolik) tetap eksis. Harapan kedepan semoga ada kemajuan terutama perkembangan jumlah umat dan banyak yang terpanggil menjadi pastor atau suster (hidup membiara), sekarang ini ada sr. Gratiana Manulang Fcjm, dan Bruder Nainggolan. Dengan demikian, umat stasi st. Petrus pematang buluh bersyukur karena iman katolik telah tumbuh berkembang melalui adanya orang yang terpanggil untuk mengikuti Kristus dan juga karena kesetiaan umat stasi st. Petrus terhadap iman katolik

Post a Comment

0 Comments